Kamis, 15 April 2010

JENIS GANGGUAN BELAJAR

- Kemampuan membaca (Disleksia)

Disleksia adalah gangguan belajar yang dialami anak dalam hal membaca dan menulis. Anak dengan disleksia akan melihat tulisan seolah campur aduk sehingga sulit dibaca dan dimengerti, misal “Liburan sekolah tahun lalu Ardi ikut ayah ke kampung halamannya” akan tetapi oleh anak dengan gangguan disleksia menjadi “Liran sekah tan llu rdi it aah ke kaung halanya” atau “LiburansekolahtahunlaluArdiikutayahkekampunghalamannya”.

Dalam hal ini mereka bukan mengalami keterlambatan intelektual, gangguan memang terjadi di otak ketika pesan yang dikirim tercampur aduk sehingga sulit dipahami. Mereka akan mengalami kesulitan dalam menyelesaikan tugas sekolah.
Bila anak mengalami gangguan ini segera periksakan ke psikolog atau psikiater agar bisa ditentukan penanganannya. Anak akan diajari cara baru mengingat bunyi huruf P dan B yang hamper mirip bunyinya.

Terapi untuk gangguan membaca adalah pendekatan pendidikan pengobatan (remedial educational approach). Seperti dalam psikoterapi, hubungan ahli terapi dan pasien adalah penting untuk keberhasilan hasil terapi dalam terapi pendidikan pengobatan.
Anak-anak dengan gangguan membaca harus ditempatkan dalam kelas yang sedekat mungkin dengan tingkat fungsional sosialnya dan diberikan tugas pengobatan khusus dalam membaca. Masalah emosional dan perilaku yang ada bersama-sama harus diobati dengan cara psikoterapi yang sesuai. Konseling parental mungkin juga menolong.

Jika pengobatan diberikan segera, kadang-kadang dapat dihentikan. Pada kasus yang berat dan tergantung pada pola kelemahan dan kekuatan, pengobatan dapat dilanjutkan sampai tahun-tahun sekolah menengah pertama dan atas.
Anak-anak yang telah pulih dari gangguan membaca awal adalah banyak ditemukan dalam keluarga dengan latar belakang sosioekonomi yang maju.

- Kemampuan berhitung (Diskalkulia)

Menurut Jacinta F. Rini, M.Psi, disleksia dikenal juga dengan “math difficult” karena menyangkut gangguan pada kemampuan kalkulasi secara matematis. Hal ini biasanya ditandai dengan munculnya kesulitan belajar dan mengerjakan tugas yang melibatkan angka atau symbol matematis. Gangguan ini dapat dilatarbelakangi karena kelemahan pada proses melihat atau visual atau fobia matematika.

Ciri-cirinya tingkat perkembangan bahasa dan kemampuan lain normal, bahkan mempunyai memori visual yang baik dalam merekam kata-kata tertulis, sulit melakukan hitungan matematis, misalnya menghitung transaksi (belanja), menjumlah, mengurangi, membagi, mengali dan sulit memahami konsep hitungan angka atau urutan, terkadang mengalami disorientasi waktu dan arah, missal saat ditanya jam berapa sekarang, tidak mampu membaca peta atau petunjuk arah, mengalami hambatan dalam mempelajari musik karena sulit memahami notasi dan urutan nada.

Gangguan ini biasanya tampak pada saat anak berusia 8 tahun (kelas tiga). Pada beberapa anak gangguan tampak pada usia 6 tahun (kelas satu), dan pada anak lain tidak terlihat sampai usia 10 tahun (kelas lima) atau lebih lambat. Komplikasinya adalah kesulitan akademik yang terus menerus, konsep diri yang buruk, depresi, dan frustasi. Komplikasi tersebut selanjutnya dapat menyebabkan keengganan masuk sekolah, membolos, atau gangguan konduksi.

Terapi yang paling efektif saat ini untuk gangguan diskalkulia adalah pendidikan pengobatan.

- Kemampuan menulis (Disgrafia)

Gangguan kemampuan ini meliputi hambatan secara fisik, seperti tidak dapat memegang pensil dengan mantap atau tulisan tangannya buruk. Anak dalam gangguan ini sebenarnya kesulitan dalam mengharmonisasikan ingatan dengan penguasaan gerak otot secara otomatis saat menulis huruf dan angka. Kesulitan dalam menulis seringkali juga disalah persepsikan sebagai kebodohan, akibatnya anak mengalami frustasi karena pada dasarnya ia ingin sekali mengekspresikan dan mentransfer pikiran dan pengetahuannya dalam bentuk tulisan, hanya saja ia mengalami hambatan.

Ciri-cirinya ada ketidakkonsistenan bentuk huruf dalam tulisan, saat menulis penggunaan huruf besar dan huruf kecil masih tercampur, anak tampak berusaha keras mengkomunikasikan suatu ide, pengetahuan dan pemahamannya lewat tulisan, anak juga akan mengalami kesulitan dalam memegang bolpoin atau pensil, berbicara pada diri sendiri ketika sedang menulis, mengalami kesulitan meskipun hanya menyalin contoh tulisan yang sudah ada.

Terapi yang terbaik adalah pendidikan pengobatan. Terapi gangguan ini memerlukan hubungan yang baik antara pasien dengan ahli terapi, seperti dalam psikoterapi. Keberhasilan atau kegagalan dalam mempertahankan motivasi pasien sangat mempengaruhi keberhasilan terapi jangka panjang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar