Selasa, 13 April 2010

Gangguan Belajar

GANGGUAN BELAJAR

Dalam memenuhi tuntutan perkembangan jaman dibutuhkan modal agar kita dapat sukses memenuhi tuntutan ini, dan modal yang terpenting adalah kualitas sumber daya manusia itu sendiri. Salah satu faktor terpenting dari sumber daya manusia adalah adanya kecerdasan dari pendidikan yang baik. Namun, tidak semua anak mampu mengkomunikasikan kecerdasannya dengan baik. Kondisi seperti inilah yang akhirnya mengakibatkan si anak mengalami kesulitan dalam belajar (anak akan merasa tertekan).

PENGERTIAN GANGGUAN BELAJAR

Gangguan belajar (Learning Disorder) itu sendiri merupakan gangguan belajar pada anak dan remaja yang ditandai oleh adanya kesenjangan yang signifikan antara taraf intelegensi anak dengan kemampuan akademik yang seharusnya sudah dapat dicapai oleh anak seusianya.

Gangguan belajar meliputi kemampuan untuk memperoleh, menyimpan, atau menggunakan keahlian khusus atau informasi secara luas, dihasilkan dari kekurangan perhatian, ingatan, atau pertimbangan dan mempengaruhi performa akademi.

Gangguan belajar sangat berbeda dari keterlambatan mental, gangguan belajar hanya mempengaruhi fungsi tertentu, sedangkan pada anak dengan keterlambatan mental, kesulitan mempengaruhi fungsi kognitif secara luas. Terdapat tiga jenis gangguan belajar : gangguan membaca, gangguan menuliskan ekspresi, dan gangguan matematik.

Gangguan belajar yang tidak ditangani dengan baik akan menimbulkan berbagai bentuk gangguan emosional yang akan berdampak buruk bagi perkembangan anak dikemudian hari. Karena itu kepekaan orangtua, guru dan orang disekitar sangat membantu dalam mendeteksi dini kesulitan belajar, sehingga anak akan memperoleh penanganan sebaik mungkin sebelum semuanya terlambat.

PENYEBAB

Meskipun penyebab gangguan belajar tidak diketahui sepenuhnya. Gangguan belajar termasuk kelainan pada proses dasar yang berhubungan dalam memahami atau menggunakan ucapan atau penulisan bahasa atau numerik dan pertimbangan ruang.

Diperkirakan 3 sampai 15% anak bersekolah di Amerika Serikat memerlukan pelayanan pendidikan khusus untuk menggantikan gangguan belajar. Pada anak laki-laki dengan gangguan belajar bisa melebihi anak gadis (5:1), meskipun anak perempuan seringkali tidak dikenali atau terdiagnosa mengalami gangguan belajar.

Kebanyakan anak dengan gangguan belajar perilakunya akan terlihat kurang baik di sekolah. Namun, pada beberapa anak dapat menyembunyikan masalah mereka dengan baik, oleh karena itu dibutuhkan waktu pengobatan yang lebih lama.

GEJALA

Pada anak kecil kemungkinan mereka akan mengalami kelambatan dalam mengenal nama-nama warna atau huruf, dalam menyebutkan kata-kata untuk objek yang dikenal, dalam menghitung, dan pada awal belajar lainnya. Dalam belajar membaca dan menulis kemungkinan tertunda. Gejala-gejala lain dapat berupa berhenti bicara, dan ingatan dengan jangka waktu yang pendek. Anak tersebut bisa mengalami kesulitan dengan aktifitas yang membutuhkan koordinasi motor yang baik.

Anak dengan gangguan belajar bisa mengalami kesulitan komunikasi. Beberapa anak mulanya menjadi frustasi dan kemudian mengalami masalah tingkah laku, seperti menjadi hiperaktif, menarik diri, malu, atau agresif.

DIAGNOSA

Anak yang tidak membaca atau belajar pada tingkatan yang diharapkan dalam kemampuan verbal atau kecerdasa harus segera dievaluasi.


Dokter meneliti anak tersebut dengan melakukan rangkaian tes kecerdasan, baik verbal maupun non verbal, dan tes akademik pada membaca, menulis, dan keahlian aritmatik.

JENIS GANGGUAN FISIK DAN PSIKIATRIK YANG BERHUBUNGAN DENGAN TIMBULNYA KESULITAN BELAJAR

- Gangguan Fisik

Gangguan dalam sistem saraf pusat anak, pendengaran atau pengelihatannya, misalnya karena ada infeksi baik secara langsung atau tidak, trauma pada otak, penyakit bawaan, gangguan konduksi listrik (epilepsi), dan lain-lain.

- Gangguan Psikiatrik

1. Retardasi Mental, ditandai oleh tingkat kecerdasan anak yang berada dibawah rata-rata. Anak akan mengalami kesulitan dalam mengurus dirinya sendiri, melakukan pekerjaan rumah dan berinteraksi dengan lingkungan.

2. Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktif, ciri utamanya anak kesulitan untuk memusatkan perhatian pada lebih dari satu situasi yang disebabkan karena kelainan fungsi inhibisi perilaku dan control diri.

3. Gangguan Tingkah Laku, anak yang mengalami gangguan ini akan mengalami kenakalan, sulit diatur, suka melawan, sering membolos, malas, motivasi belajar kurang, kurang disiplin dan perilaku anti sosial lainnya.

4. Depresi, anak dengan gangguan ini akan sering menyendiri, sering melamun, perasaan sedih yang berkepanjangan, kurang atau berlebihan nafsu makan, sulit tidur, kurang bertenaga, merasa rendah diri, sulit konsentrasi, merasa putus asa, dan hipo/hiperaktifitas.

JENIS GANGGUAN BELAJAR

- Kemampuan membaca (Disleksia)

Disleksia adalah gangguan belajar yang dialami anak dalam hal membaca dan menulis. Anak dengan disleksia akan melihat tulisan seolah campur aduk sehingga sulit dibaca dan dimengerti, misal “Liburan sekolah tahun lalu Ardi ikut ayah ke kampung halamannya” akan tetapi oleh anak dengan gangguan disleksia menjadi “Liran sekah tan llu rdi it aah ke kaung halanya” atau “LiburansekolahtahunlaluArdiikutayahkekampunghalamannya”.

Dalam hal ini mereka bukan mengalami keterlambatan intelektual, gangguan memang terjadi di otak ketika pesan yang dikirim tercampur aduk sehingga sulit dipahami. Mereka akan mengalami kesulitan dalam menyelesaikan tugas sekolah.

Bila anak mengalami gangguan ini segera periksakan ke psikolog atau psikiater agar bisa ditentukan penanganannya. Anak akan diajari cara baru mengingat bunyi huruf P dan B yang hamper mirip bunyinya.

Terapi untuk gangguan membaca adalah pendekatan pendidikan pengobatan (remedial educational approach). Seperti dalam psikoterapi, hubungan ahli terapi dan pasien adalah penting untuk keberhasilan hasil terapi dalam terapi pendidikan pengobatan.

Anak-anak dengan gangguan membaca harus ditempatkan dalam kelas yang sedekat mungkin dengan tingkat fungsional sosialnya dan diberikan tugas pengobatan khusus dalam membaca. Masalah emosional dan perilaku yang ada bersama-sama harus diobati dengan cara psikoterapi yang sesuai. Konseling parental mungkin juga menolong.

Jika pengobatan diberikan segera, kadang-kadang dapat dihentikan. Pada kasus yang berat dan tergantung pada pola kelemahan dan kekuatan, pengobatan dapat dilanjutkan sampai tahun-tahun sekolah menengah pertama dan atas.

Anak-anak yang telah pulih dari gangguan membaca awal adalah banyak ditemukan dalam keluarga dengan latar belakang sosioekonomi yang maju.

- Kemampuan berhitung (Diskalkulia)

Menurut Jacinta F. Rini, M.Psi, disleksia dikenal juga dengan “math difficult” karena menyangkut gangguan pada kemampuan kalkulasi secara matematis. Hal ini biasanya ditandai dengan munculnya kesulitan belajar dan mengerjakan tugas yang melibatkan angka atau symbol matematis. Gangguan ini dapat dilatarbelakangi karena kelemahan pada proses melihat atau visual atau fobia matematika.

Ciri-cirinya tingkat perkembangan bahasa dan kemampuan lain normal, bahkan mempunyai memori visual yang baik dalam merekam kata-kata tertulis, sulit melakukan hitungan matematis, misalnya menghitung transaksi (belanja), menjumlah, mengurangi, membagi, mengali dan sulit memahami konsep hitungan angka atau urutan, terkadang mengalami disorientasi waktu dan arah, missal saat ditanya jam berapa sekarang, tidak mampu membaca peta atau petunjuk arah, mengalami hambatan dalam mempelajari musik karena sulit memahami notasi dan urutan nada.

Gangguan ini biasanya tampak pada saat anak berusia 8 tahun (kelas tiga). Pada beberapa anak gangguan tampak pada usia 6 tahun (kelas satu), dan pada anak lain tidak terlihat sampai usia 10 tahun (kelas lima) atau lebih lambat. Komplikasinya adalah kesulitan akademik yang terus menerus, konsep diri yang buruk, depresi, dan frustasi. Komplikasi tersebut selanjutnya dapat menyebabkan keengganan masuk sekolah, membolos, atau gangguan konduksi.

Terapi yang paling efektif saat ini untuk gangguan diskalkulia adalah pendidikan pengobatan.

- Kemampuan menulis (Disgrafia)

Gangguan kemampuan ini meliputi hambatan secara fisik, seperti tidak dapat memegang pensil dengan mantap atau tulisan tangannya buruk. Anak dalam gangguan ini sebenarnya kesulitan dalam mengharmonisasikan ingatan dengan penguasaan gerak otot secara otomatis saat menulis huruf dan angka. Kesulitan dalam menulis seringkali juga disalah persepsikan sebagai kebodohan, akibatnya anak mengalami frustasi karena pada dasarnya ia ingin sekali mengekspresikan dan mentransfer pikiran dan pengetahuannya dalam bentuk tulisan, hanya saja ia mengalami hambatan.

Ciri-cirinya ada ketidakkonsistenan bentuk huruf dalam tulisan, saat menulis penggunaan huruf besar dan huruf kecil masih tercampur, anak tampak berusaha keras mengkomunikasikan suatu ide, pengetahuan dan pemahamannya lewat tulisan, anak juga akan mengalami kesulitan dalam memegang bolpoin atau pensil, berbicara pada diri sendiri ketika sedang menulis, mengalami kesulitan meskipun hanya menyalin contoh tulisan yang sudah ada.

Terapi yang terbaik adalah pendidikan pengobatan. Terapi gangguan ini memerlukan hubungan yang baik antara pasien dengan ahli terapi, seperti dalam psikoterapi. Keberhasilan atau kegagalan dalam mempertahankan motivasi pasien sangat mempengaruhi keberhasilan terapi jangka panjang.

DAMPAK KESULITAN BELAJAR

Kesulitan belajar yang terjadi pada anak tidak hanya berdampak bagi pertumbuhan dan perkembangan anak tetapi juga berdampak dalam kehidupan keluarga dan mempengaruhi interaksi anak dengan lingkungannya.

Dalam keluarga dampak dari gangguan belajar mengakibatkan hubungan yang tidak harmonis karena terjadinya sikap saling menyalahkan antara kedua orang tua. Orang tua merasa frustasi, marah, kecewa, putus asa dan menolak dengan kondisi ini. Akhirnya akibat dari hal tersebut anak merasa lebih terpojok, ia akan menuding dirinya sebagai anak yang bodoh, lambat dan berbeda. Mereka menjadi malu, rendah diri dan berprilaku nakal, agresif, impulsive bahkan menarik diri untuk menutupi kekurangannya. Mereka juga akan mengalami kesulitan berinteraksi dengan teman-teman sebayanya.

PERAN ORANG TUA DALAM MEMBANTU ANAK DENGAN KESULITAN BELAJAR

Orang tua merupakan peran penting bagi anak dalam meningkatkan prestasi belajar mereka, sebab orang tua mempunyai waktu yang cukup untuk membimbing anak dalam belajar dibanding guru di sekolah.

Orang tua dapat memilih waktu yang baik untuk belajar si anak, buku yang digunakan di sekolah pun dapat dipakai dalam membimbing anak di rumah. Orang tua dapat melatih anak untuk mendiskusikan isi suatu buku dengan hanya melihat judul sampulnya sebelum anak mulai membaca, mereka juga dapat menggunakan alat peraga yang berwarna menarik dalam melatih anak mengenal angka atau huruf, anak juga harus dilatih mengenal tanda dalam matematika dengan memberi contoh dalam kehidupan sehari-hari, dan sebisa mungkin orang tua juga harus menghindari komentar-komentar negatif kepada si anak, berikan kesempatan kepada si anak bila ingin mencoba menyelesaikan pekerjaan rumahnya sendiri, serta yang terpenting orang tua harus menciptakan suasana belajar yang nyaman dan tenang atau mungkin membantu anak belajar sambil bermain.

PENGOBATAN

Pengobatan yang paling baik adalah pendidikan yang secara hati-hati disesuaikan dengan individu anak, seperti membatasi makanan aditif, menggunakan vitamin dalam jumlah besar, dan menganalisa sistem anak untuk trace mineral. Tidak ada obat-obatan yang cukup efektif pada pencapaian akademis, intelegensi, dan kemampuan pembelajaran umum. Karena beberapa anak dengan gangguan belajar juga mengalami ADHD, obat-obatan tertentu, seperti methylphenidate, bisa meningkatkan perhatian dan konsentrasi, meningkatkan kemampuan anak untuk belajar.

ULASAN KESIMPULAN

Gangguan belajar (Learning Disorder) merupakan gangguan belajar pada anak dan remaja yang ditandai oleh adanya kesenjangan yang signifikan antara taraf intelegensi anak dengan kemampuan akademik yang seharusnya sudah dapat dicapai oleh anak seusianya.

Anak dengan gangguan belajar bisa mengalami kesulitan komunikasi. Beberapa anak mulanya menjadi frustasi dan kemudian mengalami masalah tingkah laku, seperti menjadi hiperaktif, menarik diri, malu, atau agresif.

Anak yang tidak membaca atau belajar pada tingkatan yang diharapkan dalam kemampuan verbal atau kecerdasa harus segera dievaluasi.

Berbagai gangguan psikiatri sering mendasari timbulnya kesulitan belajar pada anak, seperti reterdesi mental, gangguan tingkah laku, gangguan depresif dan lain-lain. Anak dengan gangguan belajar mengalami penurunan kualitas hidup sehingga berdampak dalam pengembangannya dikemudian hari. Deteksi dini haruslah segera dilakukan oleh tenaga professional sehingga anak dapat kembali berprestasi

Orang tua merupakan peran penting bagi anak dalam meningkatkan prestasi belajar mereka, sebab orang tua mempunyai waktu yang cukup untuk membimbing anak dalam belajar dibanding guru di sekolah. Oleh karena itu sebisa mungkin orang tua harus menghindari komentar-komentar negatif kepada si anak, berikan kesempatan kepada si anak bila ingin mencoba menyelesaikan pekerjaan rumahnya sendiri.

Orang tua tidak boleh melontarkan keluhan, kemarahan, kekecewaan, dan keputus asaannya didepan anak karena akibat dari hal tersebut anak akan merasa lebih terpojok, ia akan menuding dirinya sebagai anak yang bodoh, lambat dan berbeda. Mereka menjadi malu, rendah diri dan berprilaku nakal, agresif, impulsive bahkan menarik diri untuk menutupi kekurangannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar